Wisata Banten Lama

Standard

Objek wisata Banten Lama terletak di Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Serang, Banten. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Kota Cilegon, jaraknya sekitar 10 km dari pusat kota sebelum masuk Kota Serang.

Di lokasi ini wisatawan bisa melihat peninggalan sejarah, mulai dari reruntuhan bangunan, benteng, Keraton Surosowan sampai wisata religi temmpat ziarah

Memasuki pintu gerbang situs Banten Lama, anda akan terbawa ke cerita masa lalu di Masa kejayaan Kesultanan Banten pada abad XVI-XVIII Masehi.

Komplek Keraton Surosowan

Keraton Surosowan Banten Lama (Dok Adira)

Keraton Surosowan Banten Lama (Dok Adira)

Disinilah tempat kediaman para sultan Banten, dari Sultan Maulana Hasanudin pada tahun 1552 hingga Sultan Haji yang memerintah pada 1672-1687.

Meski berupa reruntuhan, tumpukan batu bata merah dan batu karang masih tampak membentuk sebuah bangunan keraton. Benteng dengan luas sekitar 4 hektar dan dibangun pada tahun 1552

Situs Keraton Surosoan

Situs Keraton Surosoan

isa bangunan megah ini berupa Benteng yang terbuat dari batu merah dan batu karang dengan tinggi 0,5 – 2 meter. Ditengahnya terdapat kolam persegi empat. Konon, kolam tersebut adalah bekas pemandian para putri termasuk Rara Denok. Bangunan sejarah ini dihancurkan oleh Belanda pada masa kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa tahun 1680.

Situs Istana Keraton Kaibon

Situs Istana Kaibon Banten Lama

Situs Istana Kaibon Banten Lama

Istana Kaibon, tempat tinggal Ratu Aisyah, ibunda Sultan Syaifudin. Reruntuhan ini masih terlihat (agak) lengkap membentuk sebuah istana keraton. Di samping istana ini terdapat kanal dan pepohonan besar. Komplek istana ini dihancurkan Belanda pada tahun 1832 akibat peperangan antara Kerajaan Banten dan Belanda pada saat itu.

Masjid Agung Banten

Masjid Agung Banten

Masjid Agung Banten

Masjid Agung Banten terletak di Kompleks bangunan masjid di Desa Banten Lama, Kecamatan Kasemen, sekitar 10 km sebelah utara Kota Serang. Masjid ini dibangun pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), sultan pertama Kesultanan Demak. Ia adalah putra pertama Sunan Gunung Jati.

Salah satu kekhasan yang tampak dari masjid ini adalah adalah atap bangunan utama yang bertumpuk lima, mirip pagoda China. Ini adalah karya arsitektur China yang bernama Tjek Ban Tjut. Dua buah serambi yang dibangun kemudian menjadi pelengkap di sisi utara dan selatan bangunan utama.

Makam Sultan Banten

Makam Sultan Banten

Di serambi kiri masjid ini terdapat kompleks makam Sultan-sultan Banten dan keluarganya, yaitu Maulana Hasanuddin dengan Permaisurinya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nashr Abdul Kahhar atau Sultan Haji. Sementara di serambi kanan, terdapat makam Sultan Maulana Muhammad, Sultan Zainul Abidin, Sultan Abdul Fattah, Pangeran Aria, Sultan Mukhyi, Sultan Abdul Mufakhir, Sultan Zainul Arifin, Sultan Zainul Asikin, Sultan Syarifuddin, Ratu Salamah, Ratu Latifah, dan Ratu Masmudah.

Wihara Avalokitesvara

Kesultanan Islam Banten juga menyisakan bangunan wihara Buddha atau klenteng China. Di sebelah barat daya Surosowan berdiri Wihara Avalokitesvara, yang dibangun pada 1652.

Bangunan wihara ini merupakan peninggalan Sultan Syarief Hidayatullah, yang menikahi seorang putri China saat sang putri bertandang ke Pelabuhan Banten. Wihara dibangun sebagai tempat peribadatan para pengikut putri China, yang kemudian tinggal di Banten Lama.

Saat ini, Wihara Alokitesvara merupakan salah satu wihara tertua di Indonesia, yang kerap dibanjiri peziarah karena terdapat altar Kwan Im Hut Cou atau Dewi Kwan Im. Dewi Kwan Im dipercaya sebagai dewi yang penuh welas asih, yang diyakini sering menolong manusia saat dihadapkan pada berbagai kesulitan.

Selain itu, di dalam wihara juga terdapat 15 altar, seperti altar Thian Kong yang berarti Tuhan Yang Maha Esa dan Sam Kai Kong atau penguasa tiga alam.

Setiap tahun wihara di Kampung Kasunyatan, Desa Banten, ini selalu dipadati puluhan ribu pemeluk Buddha dari banyak daerah di Indonesia, Belanda, Jerman, dan Thailand. Mereka datang, terutama, pada peringatan Lak Gwe Cap Kau, saat Dewi Kwan Im mendapatkan kesempurnaan.

Terlepas dari itu, berdirinya wihara di kompleks kerajaan Islam bisa menunjukkan tingginya toleransi antarumat beragama pada masa itu. Warga yang berbeda agama bisa hidup berdampingan dengan harmonis di kota tua tersebut.

Benteng Spellwijk

Lokasi tidak jauh dari Masjid Agung Banten, benteng ini dibangun sekitar tahun 1585 (menurut informasi lainnya tahun 1682). Dahulunya Benteng Spellwijk digunakan sebagai Menara Pemantau yang berhadapan langsung ke Selat Sunda dan sekaligus berfungsi sebagai penyimpanan meriam-meriam dan alat pertahanan lainnya. Di tempat ini juga terdapat sebuah Terowongan yang katanya terhubung dengan Keraton Surosowan.

Leave a comment